IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENJAS
DI SEKOLAH
DI SUSUN OLEH
MUHAMMAD AZWAR
143 104 000 9
PJKR A
PENDIDIKAN
JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU
KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah - Nya sehingga tugas Makalah ini
dapat terselesaikan.
Dengan
adanya tugas Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis calon
guru masa depan.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat kekurangan
penyajian materi seutuhnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diperlukan sebagai masukan untuk perkembangan dan kesempurnaan
penyajian materi selanjutnya.
Penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan tambahan pengetahuan atau inspirasi terhadap pembaca.
Makassar,
22 Maret 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang......................................................................................1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................3
C.
Tujuan
Penulisan...................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
1.
Definisi Manajemen..............................................................4
2.
Pengertian
Manajemen Sekolah................................................................7
3.
Kegiatan
Manajemen Di Sekolah..............................................................8
4.
Manajemen
Pembelajaran Penjas........................................................18
5.
Bentuk Pengelolaan
Pembelajaran......................................................20
6.
Teknik Pembelajaran
yang Menyenangkan.........................................22
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN...................................................................................25
B.
SARAN...............................................................................................25
DAFTAR
PUSTAKA...........................................................................................
26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen dalam organisasi sekolah sering
disebut dengan manajemen pendidikan. Di dalam proses administrasi pendidikan
segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses pencapaian tujuan
pendidikan itu diintegrasikan, diorganisasiikan, dan dikoordinasii secara
efektif, dan semua materi yang diperlukan, dan yang telah ada dimanfaatkan
secara efesien.
Administrasi pendidikan sebagai ilmu
mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan ilmu administrasi
lainnya seperti dikatakan oleh dr Sodik A. Kuntoro perbedaan administasi
pendidikan dengan administrasi lainnya terletak pada prinsip-prinsip
operasionalnya, dan bukan pada prinsip-prinsip umumnya. Setiap kegiatan di
dalam proses administrasi pendidikan di arahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan tergambar dalam kurikulum sekolah masing-masing.
Adanya unsur tujuan ini menimbulkan perlunya pengadministrasian pelaksanaan
kurikulum yang menjadi tugas dan tanggung jawab kepala sekolah bersama
guru-guru dan pegawai sekolah lainnya. Dalam pendidikan ini diperluakan
pula adanya koordinasi dan pengawasan atau supervisi yang baik dari pimpinan.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa adminstrasi pendidikan mencakup bidang-bidang garapan yang
sangat luas, seperti administrasi personal, administrasi kurikulum,
kepemimpinan, kepengawasan, atu supervise pendidikan administrasi bisnis
pendidikan, organisasi lembaga pendidikan, dan sebagainya.
Secara garis besar aktivitas pendidikan di
sekolah, baik negeri maupun swasta dapat dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama,
aktivitas pembelajaran kurikuler, seperti pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PKN), pembelajaran Pendidikan Agama (PA), pembelajaran Bahasa
Indonesia (BI), pembelajaran Matematika (Mat), pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA), pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS); pembelajaran Kerajinan
Tangan dan Kesenian (Kertakes), pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
(Penjaskes), pembelajaran Muatan Lokal (Mulok). Kedua, aktivitas pembelajaran
ekstrakurikuler, seperti kegiatan pramuka, usaha kesehatan sekolah (UKS), olah
raga, kesenian, dan patroli keamanan sekolah (PKS). Ketiga aktivitas
pembelajaran lainnya dalam bentuk upacara bendera yang diselenggarakan pada
setiap hari senin dan senam pagi.
Pendidikan
Jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhaan bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani,
ketrampilan berpikir kritis, stabilitas emosional, ketrampilan sosial,
penalaran dan tindakan moral melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Dalam
proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai
ketrampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan dan olahraga,
internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama, dan lain-lain) serta
pembiasaan hidup sehat. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan
berbagai pendekatan agar siswa termotivasi dan tertarik untuk mengikuti pembelajaran
Untuk memiliki kemampuan mengelola pembelajaran (kompetensi pedagogik) dengan baik, tentu saja guru perlu memahami unsur-unsur penting yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran.
Untuk memiliki kemampuan mengelola pembelajaran (kompetensi pedagogik) dengan baik, tentu saja guru perlu memahami unsur-unsur penting yang berkaitan dengan manajemen pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah Definisi Manajemen?
2.
Apa Pengertian
Manajemen Sekolah ?
3.
Bagaimana Kegiatan
Manajemen Di Sekolah ?
4.
Bagaimana Manajemen
Pembelajaran Penjas ?
5.
Bagaimana bentuk Pengelolaan
Pembelajaran ?
6.
Bagaimana Teknik
Pembelajaran Yang Menyenangkan ?
C. Tujuan
7.
Mengetahui Definisi Manajemen.
8.
Memahami Pengertian
Manajemen Sekolah.
9.
Mengetahui Kegiatan Manajemen Di Sekolah.
10. Mengetahui Manajemen Pembelajaran Penjas.
11. Mengetahui bentuk Pengelolaan Pembelajaran.
12. Memahami Teknik Pembelajaran Yang Menyenangkan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Manajemen secara Istilah
Kata
manajemen berasal dari Bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus
yang berarti tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata-kata ini
digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dalam bentuk kata
kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
manajemen atau pengelolaan.
Panggabean (2004) mengemukakan bahwa:
“manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari atas fungsi-fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian kegiatan sumber daya
manusia Dinas Pemuda dan Olahraga Sulawesi Selatan dan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuan secara efesien”. Selanjutnya Hasibuan (2006)
mengemukakan bahwa: “manajemen sebagai suatu usaha memanfaatkan sumber-sumber
yang tersedia yang berpotensi dalam pencapaian tujuan”. Sumber-sumber tersebut
berupa orang (man), uang (money), material (material),
peralatan (machine), metode (method), waktu (time) dan
prasarana lainnya.
Istilah
manajemen telah diartikan oleh berbagai pihak dengan perspektif yang berbeda,
misalnya pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan,
pemimpin, ketata pengurusan, administrasi dan sebagainya. Jadi manajemen dalam
hal ini diartikan sebagai suatu kegiatan pengadministrasian, ketatalaksanaan,
kepemimpinan, dan pengurusan (Siswanto, 2006:1).
Perkembangan ilmu manajemen yang pesat
sesuai dengan akumulasi dan perkembangan jaman, memunculkan pendapat yang
beragam tentang fungsi manajemen. Salah satu pendapat adalah yang dikemukakan
oleh Terry (2003:8) bahwa fungsi manajemen tersebut dikenal dengan singkatan
POAC yaitu: (1) perencanaan (Planning), (2) pengorganisasian (Organizing),
(3) penggerakan (Actuating), (4) pengawasan(Controlling).
Perencanaan merupakan dasar dari
pelaksanaan kegiatan-kegiatan lainnya dalam suatu organisasi, sehingga
perencanaan ditempatkan sebagai fungsi pertama. Perencanaan dapat disusun
dengan mempertimbangkan hasil penelitian, observasi atau dengan argumentasi.
Perencanaan merupakan penjabaran dari strategi awal organisasi. Untuk
melaksanakan perencanaan dengan baik diperlukan adanya suatu organisasi yang
cocok. Sehingga kemudian muncul fungsi yang kedua yaitu fungsi
pengorganisasian. Dalam fungsi pengorganisasian perlu ditelaah tentang kegiatan
yang dilakukan, hakekat organisasi, proses interaksi, prinsip organisasi dan
tipe organisasi yang akan dijalankan.
Dengan terbentuknya suatu organisasi,
dibutuhkan adanya usaha untuk menggerakkan organisasi tersebut. Dalam proses
penggerakkan tersebut perlu dicermati pula proses intraksi antar manusia.
Sehingga perlu adanya tatanan menyangkut manusia, pendekatan, potensi, perilaku
serta segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas organisasi.
Setelah ketiga fungsi tersebut berjalan,
yang terakhir muncul adalah perlu adanya suatu pengawasan terhadap jalannya
proses-proses sebelumnya. Pada hakekatnya pengawasan mencakup
penilaian adanya kemajuan atau tidak, perlunya penyegaran atau
tidak. Sehingga pengawasan harus mampu menjadi suatu upaya dalam meluruskan
roda organisasi agar tidak terjadi penyimpangan dalam organisasi tersebut.
Pengawasan juga dapat dijadikan sebagai langkah pengawasan dan evaluasi
aktivitas organisasi menyangkut proses perencanaan, pengorganisasian maupun
tahapan pelurusan sesuai dengan visi dan misi yang diemban.
Manajemen
menurut Parker Follet (1997), adalah seni dalammenyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (management is the art
of getting things done through
people). Menurut Hasibuan (2001) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara
efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Meskipun banyak
definisi manajemen yang telah diungkapkan para ahli sesuai
pandangan dan pendekatannya masing-masing, namun tidak satu pun
yang mernuaskan. Walaupun
demikian, esensi manajemen dapat dipandang, baik sebagai proses (fungsi) maupun sebagai tugas (task). Olehnya manajemensebagaimana dikemukakan Nickels and McHugh dalam Sule dan Saefullah (2005),
bahwa manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan
tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian orangorang serta sumber daya organisasi lainnya.
Berdasarkan
pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwamanajemen pada dasarnya
merupakan seni atau proses dalam menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Dalam penyelesaian akan sesuatu
tersebut terdapat tiga faktor yang terl i bat; (1) Adanya penggunaan sumberdaya
organisasi, baik sumberdaya manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Atau menurut Griffin
(2002), sumber daya tersebut meliputi
sumberdaya manusia, sumberdayaalam, sumberdaya keuangan, serta informasi, (2) Adanya proses yang bertahap dari
mulai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan, (3) Adanya seni dalam
menyelesaianpekerjan.
B. Pengertian
Manajemen Sekolah
Setiap unsur organisasi baik sekolah maupun
organisasi nonnsekolah pasti memiliki sistem manajemen. Di sini kita melihat
sistem manajemen sekolah dasar. Lim
Waslimah dalam modul problematika pendiddikan dasar
menyebutkan, Pendidikan Dasar
menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 17 adalah:
1.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah.
2.
Pendidikan dasar berbentuk sekolah dasar (SD) dan
madrasah ibtidayah (MI) atau bnetuk lain yang sederajat serta sekolah menengah
pertama (SMP) dan madrasah stanawiyah (MTs) atu bentuk lain yang sederajat
(dalam Satori,2010).
Setelah mengetahui apa itu pendidikan dasar berdasarkan
undang-undang. Sekarang, kita lihat arti manajemen pendidikan dasar. Banyak pakar administrasi pendidikan
yang berpendapat bahwa manajemen itu merupakan kajian administrasi ditinjau
dari sudut prosesnya. Para pakar administrasi pendidikan, seperti Sergiovanni,
Burlingame, Coombs, dan Thurston (1987) mendefinisikan manajemen sebagai process of working with and through
others to accomplish organizational goals efficienctly, yaitu proses kerja dengan dan melalui
(mendayagunakan) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Manajemen itu merupakan proses, terdiri atas kegiatan-kegiatan dalam upaya
mencapai tujuan kerjasama (administrasi) secara efisien. Pengertian tersebut
sesuai dengan pendapat Gorton (1976) yang menegaskan bahwa manajemen merupakan
metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas-tugas tertentu atau
mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan kedua definisi tersebut di
atas, dapat disebutkan bahwa manajemen sekolah dasar merupakan
proses di mana kepala sekolah dasar selaku administrator bersama atau melalui
orang lain berupaya mencapai tujuan institusional sekolah dasar secara efisien.
Apabila definisi tersebut dikaji secara saksama, terdapat makna tersirat berkenaan dengan konsep
manajemen sekolah dasar, yaitu Penyelenggaraan
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengembanggkan potensi peserta didik agar
jadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratiif, dan mengikuti
pendidikan yang lebh lanjut (Satori, 2010:5)
C. Kegiatan
Manajemen Di Sekolah
DeRoche (1985), sebelum menyusun bukunya
yang berjudul How School
Administrator Solve the Problem melakukan
survey kepada dua ribu kepala sekolah. Dalam survey itu meminta setiap kepala
sekolah menuliskan pada kartu pos masalah-masalah yang dihadapi di sekolahnya masing-masing. Berdasarkan
kartu pos yang dikirim kepala sekolah kepadanya, DeRoche berhasil
mengidentifikasi dua ribu kegiatan manajemen sekolah. Namun, para pakar administrasi pendidikan
telah mencoba mengklasifikasi komponen-komponen tersebut menjadi beberapa
gugusan substansi pendidikan. Mereka mengelompokkanya menjadi enam gugusan
substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi:
1).
kurikulum atau pembelajaran, (2) kesiswaan, (3) kepegawaian, (4)sarana dan prasarana, (5) keuangan, dan (6) lingkungan masyarakat.
1. Manajemen
Kurikulum dan Pembelajaran
Manajemen kurikulum atau pembelajaran
merupakan bagian yang terpenting dalam sebuah manajemen sekolah karena
kurikulum dan pembelajaran adalah dasar dari sebuah pendidikan. Di Indonesia
sekarang diterapkan kurikulum Tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Landasan pengembangan kurikulum tersebut
adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan tersusunnya kurikulum
pada tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dengan
mengacu kepada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada
panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Di samping
itu, ada Peraturan Menteri Pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang
Standar isi; dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2007
Tentang Standar Kompetensi Kelulusan yang harus dijadikan pondasi dalam
mengembangkan KTSP. Berdasarkan kepada empat landasan tersebut ditambah Panduan
Penyusunan KTSP dari BSNP, serta pemahaman terhadap kedirian peserta didik dan
esensi dan tugas profesional guru sebagai pendidik, maka disusun dan
dikembangkanlah menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan. Kurikulum tingkat
satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan
terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua
dari delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan
dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum disusun antara lain agar
dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk: a. belajar untuk bermain
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. belajar untuk memahami dan
menghayatai; c. belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif; d.
belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain; dan e. belajar untuk
membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan (PAKEM). Proses penyusunan kurikulum:
·
Penyusunan/Reviu KTSP dan silabus
·
Penyusunan kalender pendidikan
·
Penyusunan program tahunan
·
Penyusunan rencana pembelajaran (RPP)
·
Pembagian tugas mengajar dan tugas lain
·
Penyusunan jadwal pelajaran
·
Penyusunan jadwal kegiatan perbaikan
·
Penyusunan jadwal kegiatan ekstrakurikuler
·
Penyusunan progran jadwal kegiatan bimbingan dan
penyuluhan
·
Pengaturan pembukaan tahun ajaran baru
·
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
·
Pelaksanaan kegiatan bimbingan dan penyuluhan
·
Supervisi pelaksanaan pembelajaran
·
Supervisi pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan (http://nasuprawoto.wordpress.com/2010/01/18/konsep-dasar-manajemen-sekolah-dasar)
2. Manajemen
Peserta Didik
Manajemen peserta didik menduduki posisi
strategis, karena sentral layanan pendidikan, baik dalam latar institusi
persekolahan maupun yang berada di luar latar institusi persekolahan, tertuju
kepada peserta didik. Semua kegiatan pendidikan, baik yang berkenaan dengan
manajemen akademik, layanan pendukung akademik, sumber daya manusia, sumber
daya keuangan, sarana prasarana dan hubungan sekolah dengan masyarakat,
senantiasa diupayakan agar peserta didik mendapatkan layanan pendidikan yang
andal.
Apa yang dimaksud dengan Manajemen Peserta
Didik? Knezevich (1961) mengartikan manajemen peserta didik atau pupil personnel administration sebagai suatu layanan yang memusatkan
perhatian pada pengaturan, pengawasan dan layanan siswa di kelas dan di luar
kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan
keseluruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang di sekolah.
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah:
mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut
menunjang proses belajar mengajar di sekolah; lebih lanjut, proses belajar mengajar
di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara
keseluruhan. Tujuan khusus manajemen peserta didik, yaitu (1) meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan psikomotor peserta didik; (2) menyalurkan dan
mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik; (3)
menyalurkan aspirasi, harapan dan memenuhi kebutuhan peserta didik; (4) dengan
terpenuhinya 1, 2, dan 3 di atas diharapkan peserta didik dapat mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih lanjut dapat belajar dengan baik
dan tercapai cita-cita mereka.
3. Manajemen
Kepegawaian
Pegawai pada masa kini memfasilitasi
aktualisasi dan pengembangan kompetensi para pegawai melalui program-program
pengembangan dan pemberdayaan yang dilakukan secara sistematik. Pengembangan
dan pemberdayaan pegawai merupakan bagian dari MSDM (manajemen sumber daya manusia) yang memiliki fungsi untuk memperbaiki
kompetensi, adaptabilitas dan komitmen para pegawai. Dengan cara demikian
organisasi memiliki kekuatan bukan saja sekedar bertahan (survival),
melainkan tumbuh (growth), produktif (productive), dan kompetitif (competitive).
Dan dalam proses demikian, dukungan pegawai yang kuat melahirkan organisasi
yang memiliki adaptabilitas dan kapasitas memperbaharui dirinya (adaptability
and self-renewal capacity).
Upaya-upaya untuk merencanakan kebutuhan
pegawai (SDM), mengadakan, menyeleksi, menempatkan, dan memberi penugasan secara tepat
telah menjadi perhatian penting pada setiap organisasi yang kompetitif.
Demikian pula kebijakan kompensasi (penggajian dan kesejahteraan) dan penilaian
kinerja yang dilakukan dengan adil dan tepat dapat melahirkan motivasi
berprestasi pada para pegawai. Fungsi-fungsi manajemen kepegawaian seperti itu
masih belum cukup, apabila tidak disertai dengan kebijakan pengembangan dan
pemberdayaan pegawai yang dilakukan secara sistematik.
Ada
lima aspek kajian manajemen kepegawaian, yaitu:
(1)
perencanaan kebutuhan,
(2)
rekrutmen dan seleksi,
(3)
pembinaan dan pengembangan,
(4)
mutasi dan promosi, dan
(5)
kesejahteraan (http://nasuprawoto.wordpress.com/2010/01/18/konsep-dasar
manajemen-sekolah-dasar).
Manajemen
SDM mencakup kegiatan sebagai berikut. (1) Perencanaan SDM, (2) analisis
pekerjaan, (3) pengadaan pegawai, (4) seleksi pegawai, (5) orientasi,
penempatan dan penugasan, (6) konpensasi, (7) penilaian kinerja, (8)
pengembangan karir, (9) pelatihan dan pengembangan pegawai, (10) penciptaan
mutu kehidupan kerja, (11) perundingan kepegawaian, (12) riset pegawai, dan
(13) pensiun dan pemberhentian pegawai.
4. Manajemen
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan
salah satu sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar di sekolah, untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan
dan pengelolaannya, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Dewasa ini
masih sering ditemukan banyak sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki
oleh sekolah yang diterima sebagai bantuan, baik dari pemerintah maupun
masyarakat yang tidak optimal penggunaannya dan bahkan tidak dapat lagi
digunakan sesuai dengan fungsinya. Hal itu disebabkan antara lain oleh
kurangnya kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki serta tidak
adanya pengelolaan yang memadai.
Seiring dengan perubahan pola
pemerintahan setelah diberlakukannya otonomi daerah, maka pola pendekatan
manajemen sekolah saat ini berbeda pula dengan sebelumnya, yakni lebih
bernuansa otonomi. Untuk mengoptimalkan penyediaan, pendayagunaan, perawatan
dan pengendalian sarana dan prasarana pendidikan pada setiap jenis dan jenjang
pendidikan, diperlukan penyesuaian manajemen sarana dan prasarana. Sekolah
dituntut memiliki kemandirian untuk mengatur dan mengurus kepentingan sekolah
menurut kebutuhan dan kemampuan sendiri serta berdasarkan pada aspirasi dan
partisipasi warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan
perundangan-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Hal itu terutama
ditujukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang
pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar dan menengah.
Untuk mewujudkan dan mengatur hal
tersebut, maka pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tetang
Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana
pendidikan secara nasional pada Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa;
(1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot,
peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib
memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
a.
Rincian manajemen sarana prasarana di sekolah dasar meliputi berikut ini.
1) Analisis kebutuhan sarana dan
prasarana sekolah
2) Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
3) Pendistribusian sarana dan prasarana sekolah
4) Penataan sarana dan prasarana sekolah
5) Pemanfaat sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efisien
6) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
7) Inventarisasi sarana dan prasarana sekolah
8) Penghapusan sarana dan prasarana sekolah
9) Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
10) Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
2) Perencanaan dan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
3) Pendistribusian sarana dan prasarana sekolah
4) Penataan sarana dan prasarana sekolah
5) Pemanfaat sarana dan prasarana sekolah secara efektif dan efisien
6) Pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
7) Inventarisasi sarana dan prasarana sekolah
8) Penghapusan sarana dan prasarana sekolah
9) Pemantauan kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
10) Penilaian kinerja penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah
b.
Manajemen sarana prasarana dapat juga difokuskan pada:
1.
merencanakan kebutuhan fasilitas (bangunan, peralatan,
perabot, lahan, infrastruktur) sekolah sesuai dengan rencana pengembangan
sekolah.
2.
mengelola pengadaan fasilitas sesuai dengan peraturan yang
berlaku
3.
mengelola pemeliharaan fasilitas, baik perawatan
preventif maupun perawatan terhadap kerusakan fasilitas
sekolah.
4.
mengelola kegiatan inventaris sarana dan prasarana
sekolah sesuai dengan sistem pembukuan yang berlaku
5. Manajemen
Keuangan
Manajemen keuangan merupakan salah satu
gugusan substansi administrasi pendidikan yang
secara khusus menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
yang dimiliki dan digunakan di sekolah dasar.
Menurut para pakar administrasi
pendidikan, manajemen keuangan pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan
proses pemerolehan dan pendayagunaan uang secara tertib, efektif, efisien, dan
dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan
pendidikan. Berdasarkan pengertian yang sangat sederhana tersebut ada dua hal
yang perlu digarisbawahi berkaitan dengan manajemen keuangan di sekolah dasar.
1) Manajemen keuangan itu merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh dan
mendayagunakan semua dana. Dengan demikian, paling tidak ada dua kegiatan besar
dalam manajemen keuangan di sekolah dasar. Pertama, mencari sebanyak mungkin
sumber-sumber keuangan dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapalembaga
pendidikanan dana dari sumber-sumber keuangan tersebut. Kedua, menggunakan
semua dana yang tersedia atau diperoleh semata-mata untuk kepentingan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar. 2) Penggunaan semua dana sekolah
dasar harus efektif, dan efisien. Selain itu penggunaan semua dana sekolah
dasar harus tertib, dan mudah dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang
terkait.
Tujuan manajemen keuangan di sekolah
dasar adalah untuk mengatur sedemikian rupa sehingga semua upaya pemerolehan
dana dari berbagai sumber dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa
prinsip yang perlu dipegang teguh dalam manajemen keuangan di sekolah dasar,
yaitu sebagai berikut.
1.
Sumber dana pendidikan di sekolah dasar tidak sedikit,
tidak hanya dari Pemerintah atau yayasan yang menaunginya. sekolah dasar bisa
secara kreatif mencari sumber-sumber dana pendidikan dalam rangka eksistensinya
sebagai sekolah dasar prasekolah. Namun dalam upaya memperoleh dana pendidikan
dari berbagai sumber dana, hendaknya dana yang tidak mengikat lembaga atau
sekolah dasar.
2.
Dana pendidikan yang tersedia atau ada harus dimanfaat
sekolah dasar secara efektif dan efisien. Efektif berarti semua dana yang ada
digunakan semata-mata untuk pendidikan sekolah dasar. Sedangkan efisien berarti
dana yang tersedia, berapapun banyaknya, harus didayagunakan sehemat mungkin.
Agar memenuhi prinsip tersebut, maka dianjurkan agar setiap pendayagunaan dana
selalu didahului dengan kegiatan perencanaan anggaran.
3.
Semua manajemen keuangan di sekolah dasar hendaknya
didasarkan pada peraturan perundang-undangan keuangan yang berlaku, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan.
4.
Pelaksanaan manajemen keuangan di sekolah dasar
merupakan tanggung jawab kepala sekolah dasar. Namun pelaksanaannya dapat
melibatkan sekolah dasar guru-gurunya. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah Dasar (RAPBSD) misalnya, merupakan tanggung jawab kepala
sekolah dasar.
6. Manajemen
Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama
antara pemerintah (sekolah), keluarga dan masyarakat. Ini mengisyaratkan bahwa
orang tua murid dan masyarakat mempumyai tanggung jawab untuk berpartisipasi,
turut memikirkan dan memberikan bantuan dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.
Partisipasi yang tinggi dari orang tua
murid dalam pendidikan di sekolah merupakan salah satu ciri dari pengelolaan
sekolah yang baik, artinya sejauh mana masyarakat dapat diberdayakan dalam
proses pendidikan di sekolah adalah indikator terhadap manajemen sekolah yang
bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat dalam pendidikan ini merupakan sesuatu
yang esensial bagi penyelenggaraan sekolah yang baik (Kumars, 1989). Pentingnya
keterlibatan orang tua/masyarakat akan keberhasilan pendidikan ini telah
dibuktikan kebenarannya oleh Richard Wolf dalam penelitiannya yang menyimpulkan
bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan (0.80) antara lingkungan
keluarga dengan prestasi belajar. Penelitian lain di Indonesia juga telah
membuktikan hal yang sama.
Partisipasi yang tinggi tersebut
nampaknya belum terjadi di negara berkembang (termasuk Indonesia). Hoyneman dan
Loxley menyatakan bahwa di negara berkembang sebagian besar keluarga belum
dapat diharapkan untuk lebih banyak membantu dan mengarahkan belajar murid,
sehingga murid di negara berkembang sedikit waktu yang digunakan dalam belajar.
Hal ini disebabkan banyak masyarakat/orang tua murid belum paham makna mendasar
dari peran mereka terhadap pendidikan anak. Bahkan Made Pidarta menyatakan di
daerah pedesaan yang tingkat status sosial ekonomi yang rendah, mereka hampir
tidak menghiraukan lembaga pendidikan dan mereka menyerahkan sepenuhnya
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada sekolah.
Definisi hubungan sekolah dengan
masyarakat yang lengkap diungkapkan oleh Bernays seperti dikutip oleh
Suriansyah (2000), yang menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat
adalah:
1.
information given to the public (memberikan informasi secara jelas
dan lengkap kepada masyarakat)
2.
persuasion directed at the public, to modify
attitude and action(melakukan persuasi kepada masyarakat dalam rangka
merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan terhadap sekolah)
3.
effort to integrated attitudes and action of
institution with its public and of public with the institution (suatu upaya untuk menyatukan sikap
dan tindakan yang dilakukan oleh sekolah dengan sikap dan tindakan yang
dilakukan oleh masyarakat secara timbal balik, yaitu dari sekolah ke masyarakat
dan dari masyarakat ke sekolah.
Sedangkan kegiatan-kegiatan manajemen hubungan sekolah dan
masyarakat adalah sebagai berikut.
a)
Analisis kebutuhan keterlibatan masyarakat dalam
penyelenggaraan sekolah.
b)
Penyusunan program hubungan sekolah dengan masyarakat
c)
Pembagian tugas melaksanakan program hubungan sekolah
dengan masya-rakat
d)
Menciptakan hubungan sekolah dengan orang tua siswa
e)
Mendorong orang tua menyediakan lingkungan belajar yang
efektif
f)
Mengadakan komunikasi dengan tokoh masyarakat
g)
Mengadakan kerjasama dengan instansi pemerintah dan
swasta
h)
Mengadakan kerjasama dengan organisasi sosial keagamaan
i)
Pemantauan hubungan sekolah dengan masyarakat
j)
Penilaian kinerja hubungan sekolah dengan masyarakat.
D.
Manajemen Pembelajaran Penjas
Manajemen
pembelajaran dalam pengertian luas adalah keseluruhan kegiatan mengelola proses
membelajarkan siswa sebagai pebelajar oleh guru melalui tahap-tahap
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan pengendalian denganmaksud mencapai
tujuan pembelajaran itu sendiri. Manajemen pembelajaran dalam pengertian sempit
adalah kegiatan mengelola interaksi guru dengan siswa yang terjadi pada saat
pelaksanaan pembelajaran.
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
Manajemen pembelajaran yang efektif dapat terwujud dengan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Menetapkan aturan
kelas (class routine)
Siswa yang memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diperoleh dari pengalaman hidup sebelumnya yang memungkinkan adanya kebiasaan tidak baik, jadi sebagai guru saya perlu mengarahkan dan membimbing murid saya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik yaitu diantaranya menetapkan aturan kelas saat pertemuan awal kali masuk pada proses pembelajaran yang dilakukan. Yaitu seperti waktu awal pertama masuk saya melakukan perjanjian kepada murid-murid saya yang sekiranya semua setuju dan senang sesuai dengan kesepakatan bersama dan perjanjian tersebut tidak boleh di langgar. Perjanjian tersebut seperti jam di mulainya pelajaran, harus tepat waktu, jika telat akan di hukum. Dan aturan-aturan ini diberikan pada awal pertemuan.
Siswa yang memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang diperoleh dari pengalaman hidup sebelumnya yang memungkinkan adanya kebiasaan tidak baik, jadi sebagai guru saya perlu mengarahkan dan membimbing murid saya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik yaitu diantaranya menetapkan aturan kelas saat pertemuan awal kali masuk pada proses pembelajaran yang dilakukan. Yaitu seperti waktu awal pertama masuk saya melakukan perjanjian kepada murid-murid saya yang sekiranya semua setuju dan senang sesuai dengan kesepakatan bersama dan perjanjian tersebut tidak boleh di langgar. Perjanjian tersebut seperti jam di mulainya pelajaran, harus tepat waktu, jika telat akan di hukum. Dan aturan-aturan ini diberikan pada awal pertemuan.
2.
Memulai kegiatan
tepat waktu (getting started)
Kegiatan harus mulai tepat waktu sesuai perjanjian awal yang dah disepakati bersama sebelumya murid-murid harus ada di tempat. Setelah berkumpul semua murid harus cepat di bariskan dan melakukan do’a. setelah itu saya segera memberikan stretching dan melakukan kegiatan secara tepat waktu agar pembelajaran berlangsung secara efektif.
Kegiatan harus mulai tepat waktu sesuai perjanjian awal yang dah disepakati bersama sebelumya murid-murid harus ada di tempat. Setelah berkumpul semua murid harus cepat di bariskan dan melakukan do’a. setelah itu saya segera memberikan stretching dan melakukan kegiatan secara tepat waktu agar pembelajaran berlangsung secara efektif.
3.
Mengatur pelajaran
(managing the lesson)
Setelah stretching selesai saya segera memberikan sedikit penjelasan tentang yang akan di praktekkan. Sedikit saja dalam memberikan penjelasan karena olahraga butuh praktek dan bergerak. Misal memberikan teori dribble bola basket. Diberikan pengarahan terlebih dahulu, kemudian murid disuruh mempraktekkan langsung sambil saya dampingi, yang melakukan dribble terlebih dahulu separo kelas dulu dan bergantian. Dan masing-masing anak harus melakukan dribble mengelilingi lapangan bola basket sebanyak 3x.
Setelah stretching selesai saya segera memberikan sedikit penjelasan tentang yang akan di praktekkan. Sedikit saja dalam memberikan penjelasan karena olahraga butuh praktek dan bergerak. Misal memberikan teori dribble bola basket. Diberikan pengarahan terlebih dahulu, kemudian murid disuruh mempraktekkan langsung sambil saya dampingi, yang melakukan dribble terlebih dahulu separo kelas dulu dan bergantian. Dan masing-masing anak harus melakukan dribble mengelilingi lapangan bola basket sebanyak 3x.
4.
Mengelompokkan siswa
(grouping the student)
Sebagai guru saya harus mengelompokkan siswa-siswa sama rata. Setelah itu dari salah satu kelompok harus ada yang menjadi ketuanya, sehingga ketua harus bertanggung jawab terhadap anggota kelompoknya. Setelah dibagi kelompok alat dibagikan kepada masing-masing kelompok, sebelumnya harus melihat alat-alat apa saja yang tersedia dan memilih jenis materi atau permainan juga terlebih dahulu melihat alat yang tersedia. Dalam satu kelas ada 40 siswa bola ada 20 buah, satu kelas dibagi 10 kelompok, setiap kelompok ada 4 siswa dan masing-masing kelompok terdapat satu ketua kelompok.
Sebagai guru saya harus mengelompokkan siswa-siswa sama rata. Setelah itu dari salah satu kelompok harus ada yang menjadi ketuanya, sehingga ketua harus bertanggung jawab terhadap anggota kelompoknya. Setelah dibagi kelompok alat dibagikan kepada masing-masing kelompok, sebelumnya harus melihat alat-alat apa saja yang tersedia dan memilih jenis materi atau permainan juga terlebih dahulu melihat alat yang tersedia. Dalam satu kelas ada 40 siswa bola ada 20 buah, satu kelas dibagi 10 kelompok, setiap kelompok ada 4 siswa dan masing-masing kelompok terdapat satu ketua kelompok.
5.
Memanfaatkan ruang
atau lapangan dan peralatan (utilizing space and equiqment). Dalam pembelajaran
bola basket saya membagi kelompok menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari 6 siswa. Setiap kelompok harus berlomba mendribble bola dari
daerah satu ke daerah lain jika yang datang lebih akhir kelompok tersebut akan
mendapatkan hukuman push up 5x.
6.
Mengakhiri pelajaran
(ending lesson) Setelah jam pelajaran akan berakhir kurang 15 menit saya
memberikan evaluasi tentang apa yang tadi saya berikan. Tidak perlu lama-lama
cukup 5 menit saja, 10 menit sisanya memberikan waktu buat siswa saya untuk
ganti baju istirahat.
E. Pengelolaan
Pembelajaran
Untuk mendukung terjadinya
proses pembelajaran, maka unsur-unsur pengelolaan pembelajaran meliputi dua
tindakan yaitu:
1.
Model tindakan
a) Preventif; yaitu upaya sedini mungkin yang
dilakukan oleh guru untuk mencegah terjadinya gangguan dalam pembelajaraan.
·
Tanggap
/peka, yaitu kemampuan guru merespon terhadap prilaku atau aktifitas yang
dianggap akan mengganggu pembelajaraan.
·
perhatiaan,
selalu mencurahkan perhatian pada berbagai aktivitas, lingkungan maupun segala
sesuatu yang muncul.
b) Refresif, kemampuan guru untuk mengatasi, mencari
dan menemukan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam
lingkungan pembelajaraan.
c) Modifikasi tingkah laku, yaitu bahwa tingkah laku
dapat diamati
d) Pengelolaan kelompok, yaitu untuk menangani
permasalahan hendaknya dilakukan secara kolaborasi dan mengikutsertakan
berbagai komponen atau unsure yang terkait.
Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsure-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsure-unsur yang akan menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaraan.
Diagnosis, yaitu suatu keterampilan untuk mencari unsure-unsur yang akan menjadi penyebab gangguan maupun unsure-unsur yang akan menjadi kekuatan bagi peningkatan proses pembelajaraan.
2. Peran
guru
a) Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab
individu terhadap lingkungannya.
b) Membangun pemahaman siswa agar mengerti dan
menyesuaikan tingkah lakunya dengan tata tertib kelas.
c) Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri
dalam tugas serta tingkahlaku yang sesuai dengan aktivitas kelas.
3. Hal-hal yang harus dihindari
a) Campur tangan yang berlebihan
b) Kesenyapan
c) Ketidak tepatan
d) Penyimpangan
e) bertele-tele.
F. Teknik
Pembelajaran Yang Menyenangkan
Keberhasilan
suatu pendidikan salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses belajar
mengajar itu berlangsung. Selain itu proses interaksi belajar pada prinsipnya
tergantung pada guru dan siswa. Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar
mengajar yang efektif. Sedangkan siswa dituntut adanya semangat dan dorongan
untuk aktif dalam proses balajar mengajar. Sehingga keberhasialan belajar dalam
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai.
Sebagaimana
pendapat Meier yang mengatakan bahwa “penciptaan kegembiraan jauh lebih penting
daripada segala teknik metode maupun media yang digunakan” kita temukan
beberapa komponen pembangun suasana yang menyenangkan. Komponen-komponen
tersebut adalah (1) bangkitnya minat, (2) adanya keterlibatan penuh, (3)
terciptanya makna, (4) adanya pemahaman atau penguasaan materi. (5) adanya
nilai yang membahagiakan.
Untuk
lebih memahami hal-hal penting berkaitan dengan pembelajaran yang menyenangkan
berikut komponen-komponen pembangun suasana menyenangkan tersebut.
1. Bangkitnya minat.
Seperti kita ketahui,
minat adalah sesuatu yang berhubungan dengan kehendak atau keinginan hati.
Minat juga sering dipadankan dengan gairah atau keinginan yang kuat. Sekarang
cobalah Anda hubungkan antara ‘bangkitnya minat’ ini dengan ‘kegembiraan’. Jika
sejak awal dalam diri siswa telah bangkit minat atau gairah untuk mempelajari
sesuatu, niscaya kegiatan belajar tersebut akan menyenangkan bagi siswa
tersebut. Jadi hubungan antara minat atau gairah dengan menyenangkan sangat
erat dan saling mempengaruhi. Jika minat belajar telah tumbuh, maka
pembelajaran akan menjadi menimbulkan gairah dan suasananya akan semakin
menyenangkan. Suasana menyenangkan yang terpelihara sepanjang proses
pembelajaran akan berpengaruh terhadap gairah belajar selama pembelajaran
berlangsung.
2.
Adanya keterlibatan penuh.
Komponen ini dependen
terhadap komponen pertama. Maksud saya, seorang siswa tidak mungkin akan
terlibat secara sepenuh hati dalam pembelajaran jika didalam diri siswa tidak
ada gairah atau minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan demikian
harus ditumbuhkan hubungan yang kuat antara yang akan belajar dengan apa yang
akan dipelajari. Agar siswa bergairah dan terlibat secara penuh dalam
pembelajaran, guru sangat perlu menyampaikan tujuan pembelajaran dengan rinci
dan jelas pada awal pembelajaran. Sampaikan pada para siswa bahwa apa yang akan
dipelajari adalah sesuatu yang sangat penting, mudah dan akan dipelajari dengan
cara yang menyenangkan. Penyampaian tujuan, penjelasan apa-apa yang akan
dilakukan dalam mempelajari materi sangat perlu disampaikan pada para siswa
agar secara psikologis siswa mempersiapkan mentalnya.
3.
Terciptanya makna.
Pengertian
makna disini bukan dalam konteks umum yang sering dipadankan dengan kata
‘arti’. Makna tidak mudah untuk didefinisikan karena berkaitan erat dengan
masing-masing pribadi dan kadang-kadang muncul sangat kuat dalam konteks yang
personal. Dalam konteks pembelajaran PAKEM, kata ‘makna’ lebih dekat dengan
pengertian ‘kesan’. Maksudnya, bahwa pembelajaran yang bermakna itu adalah
pembelajaran yang dapat menghadirkan sesuatu yang mengesankan. Dengan kata lain
kita dapat mengatakan bahwa pembelajaran yang tidak mampu meberikan kesan yang
mendalam tidak mungkin akan bermakna. Untuk menhadirkan makna, pembelajaran
harus mengesankan. Selanjutnya, agar pembelajaran dapat mengesankan maka
pembelajaran itu harus dalam suasana yang menyenangkan. Karena ‘makna’ sering
kali muncul dalam konteks yang sangat personal, maka guru harus benar-benar
mengerti dan menghargai perbedaan individu setiap siswa-siswanya.
4.
Pemahaman atau penguasaan materi.
Ketika
minat atau gairah belajar siswa tumbuh, kemudian ia terlibat secara penuh dalam
mempelajari materi-materi pelajaran, dan selanjutnya ia terkesan dengan apa
yang dipelajari, maka pemahaman atas apa yang dipelajari akan tertanam kuat.
Penguasaan materi akan tertanam sangat kuat apabila siswa berminat, terlibat
dan terkesan. Dengan melihat hubungan komponen pertama, kedua dan ketiga yang
kemudian melahirkan komponen keempat, menurut saya sudah mampu menjawab
keragu-raguan kita atas hasil belajar dalam pembelajaran pakem. Hubungan
keempat komponen tersebut menjadi sangat logis dan meyakinkan.
5.
Nilai yang membahagiakan.
Membahagiakan
artinya membuat hati merasa tenteram. Hati yang tenteram adalah yang bebas dari
rasa takut, rasa tertekan dan jauh dari perasaan terancam. Berkaitan dengan
belajar, bahagia adalah keadaan terbebas dari tekanan, ketakutan dan ancaman.
Perasaan takut, tertekan, dan terancam tidak akan muncul dan menghantui
perasaan siswa jika pembelajaran berjalan dalam suasana yang menyenangkan.
Ketiga perasaan tersebut (takut, tertekan, dan terancam) hanya akan menjadi
kendala bagi munculnya minat belajar. Rasa bahagia pada diri siswa antara lain
dapat muncul karena ia memperoleh makna dari mempelajari sesuatu. Dirinya
menjadi merasa berharga, mampu tumbuh dan berkembang dan berbeda dari
sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manajemen sekolah merupakan proses di mana
kepala sekolah dasar selaku administrator bersama atau melalui orang lain
berupaya mencapai tujuan institusional sekolah dasar secara efisien. Apabila
definisi tersebut dikaji secara saksama, terdapat makna tersirat berkenaan dengan konsep
manajemen sekolah dasar, yaitu Penyelenggaraan
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mengembanggkan potensi peserta didik agar
jadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan demokratiif, dan mengikuti
pendidikan yang lebh lanjut (Satori, 2010:5)
Ada enam substansi
dalam manajemen di sekolah
dasar, yaitu:
1.
manajemen kurikulum dan pembelajaran
2.
manajemen kesiswaan yang sering juga disebut dengan
manajemen peserta didik
3.
manajemen kepegawaian
4.
manajemen sarana dan prasarana
5.
manajemen keuangan
6.
manajemen hubungan masyarakat.
B. SARAN
Semua manajemen dasar dalam pendidikan
dasar ini saling berkaitan dan berpengaruh bukan hanya dalam pembentukan
sekolah dasar tapi juga dalam kegiatan yang dilakukan sekolah sehari-hari
sehingga dapat menciptakan sekolah yang baik dan berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Purwanto,
M. Ngalim. 2008. Administrasi
dan Supervisi Pendidikan. Bandung.
PT Remaja Rosdakarya
Santori,
Djam’an. 2010. Problematika Pendidikan Dasar. Bandung: Ilmu Cahaya Hati.
youtube.org - Vimeo
BalasHapusyoutube.org. YouTube YouTube. YouTube has become a popular marketplace for filmmakers, artists and youtube.org. youtube.com. youtube. free youtube to mp3 converter YouTube. youtube.youtube. youtube.youtube.youtube.youtube.